Terima Kasih ya Alloh ...Kau berikan akal budi ini kepada manusia... Seandainya engkau berikan juga kepada binatang buas... maka buasnya akan berlipat ganda... Sementara manusia saja banyak yang buasnya melebihi binatang. ( hermadi )
RUMANGSA MELU HANDARBENI *** WAJIB MELU HANGRUNGKEPI *** MULAT SARIRA HANGRASA WANI
ING NGARSA ASUNG TULADHA *** ING MADYA AMBANGUN KARSA *** TUT WURI HANDAYANI

Senin, 16 November 2009

UNDANGAN REUNI UNTUK PAK GURU

 



 
( Oleh : Hermadi, S.Pd )
Sampai didepan pintu pagar, langkahku terhenti sejenak. Kutatap rumah sederhana didepanku, rumah guruku. Rumah ini dulu akrab kusinggahi. Ternyata tak ada yang berubah. Selalu di cat warna putih, … warna kesayangan guruku. Tetapi kali ini warna itu kelihatan agak kelabu, .. warna putih yang bercampur debu. Rumah yang kukenal itu, … keadaannya sekarang bertambah kumuh. Bahkan seperti hampir runtuh.  Dulu masih kelihatan rapi, tembok masih kelihatan bersih, ..…tetapi kini seperti tak terawat lagi.

Halaman depan sedikit nampak berbeda. Tanaman hias yang dulu tidak ada, … kini subur menghiasi sudut pagar depan candela kamar. Tempat itu dulu kolam kecil untuk ikan lele … katanya bisa di panen setiap tiga minggu sekali, pengiritan,  lumayan buat lauk makan.

Sepi ... sepi ... rumah ini nampak sepi. Tembok retak disana-sini, … seakan rumah tak berpenghuni. Sementara disekitarnya sudah jauh berbeda. Disana-sini rumah sudah dibangun dan direnovasi.

Kulanjutkan langkahku …. Sampai didepan pintu ... aku agak ragu mengetuknya. Dalam hati aku bertanya, ... apakah betul masih rumah guruku ... ? Kaca cendela yang kotor ... selambu gordeyn yang sobek ... daun pintu yang rusak, .... ? ..... apa betul ini rumah guruku...? Guru yang dulu mengajar aku … ? guru yang pantas digugu dan ditiru ….?

Aku masih ingat ketika guruku memaknai peribahasa “ Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya, kenyang pangkal berak”. Ingat betul ketika mengajarkan setiap anak agar “mikul dhuwur mendhem jero” terhadap orang tua. Masih ingat lawakan-lawakannya didepan kelas. Masih ingat sisipan nasehat-nasehatnya disela-sela menyampaikan pelajaran.

Pak Guru, ….mungkin kamu sudah lupa padaku, ... tetapi nasehatmu penuh makna. Mungkin nasehat itu yang membuat aku saat ini “sowan” pak guru. Nasehat itu yang sampai sekarang masih terngiang-ngiang ditelingaku.

Guruku.
Kubandingkan dengan keadaanku saat ini. Rumah jauh lebih bagus. Alhamdulillah ... mobil punya dan kubawa, keluarga sehat sejahtera tanpa kekurangan. Seketika itu ingat akan nasehat pak guru … “ Belajar yang rajin untuk masa depanmu “. Dan sekarang .... ? apa yang diinginkan pak guru tentang masa depan itu sudah ada padaku. Jauh berbeda dengan keadaanmu wahai guruku. Rumahmu kelihatan bagus dulu dari pada sekarang. Sungguh ... diluar yang kubayangkan.

Namun disela-sela lamunanku, … aku kagum pada guruku. Kubayangkan pak guru masih tetap tegar dan asyik mengajar. Kubayangkan pak guru masih tetap semangat menasehati anak-anak untuk masa depan. Oooh … pak guru … kau perjuangkan nasib anak-anak orang ... kadang anakmu sendiri terabaikan. Kau pernah beri ilmu padaku sementara kamu sendiri tak punya ilmu untuk menata ekonomimu. Tetapi kau ikhlas menjalani semua ini ... meniti hari demi hari. Murid-muridmu silih berganti, ... dan kau seakan berhenti dijalan ini ... kesederhanaan yang abadi. Teringat olehku syair lagu " pahlawan tanpa tanda jasa " ... dan tanpa kusadari ... bibirku menyanyikan syair lagu itu. Baru berhenti ketika tiba-tiba seorang ibu membuka pintu. Ooh ... tidak salah ... ini isteri guruku.

UNDANGAN REUNI yang ada ditasku segera kuambil dan kuberikan dengan penuh rasa hormat pada ibu itu, … isteri guruku, ... ternyata memang sudah lupa padaku. Parasnya tidak jauh berubah, tetapi lebih cantik paras isteriku. 

Pak guru, …. sampai kapanpun aku menghormatimu. Kadang aku berpikir, ... kehidupanmu tidak sebanding dengan ilmumu. Nasehatmu memang terngiang-ngiang di telingaku, … tetapi kehidupanmu merupakan bayang-bayang yang menakutiku. Salam hormatku untuk pak guru. Yaa Allah .. beri rahmat dan hidayah kepada semua bapak ibu guruku. Amin.

( Cerita ini ditulis dari curahan hati salah seorang murid tahun pelajaran 1989/1990 pada penulis 3 tahun yang lalu, …. dan ketika itu guru belum mendapat tunjangan profesi )
Terima kasih kepada Pemerintah yang telah memberikan tunjangan profesi guru. Semoga kehidupan keluarga bapak/ibu guru bisa sejahtera dan lebih maju. Di pundakmu terbeban pertanyaan bagaimana supaya pendidikan bisa lebih maju. Jawabannya adalah pekerjaanmu.




















JIKA AUDIO DAN VIDEO TERSENDAT-SENDAT KESALAHAN BUKAN PADA SETTINGAN KAMI




Tidak ada komentar:

Posting Komentar